Sabtu, 25 April 2020

REVIEW : VIDEO VIRAL "Jangan Panic Buying, Selalu Ada Nasi Telur Ceplok"



REVIEW :

Jangan Panic Buying, Selalu Ada Nasi Telur Ceplok

Assalamualaikum Wr. Wb., Shalom, Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

       Selamat siang readers, semoga Tuhan selalu melimpahkan berkah dan karunia pada kita semua. Izinkan penulis memperkenalkan diri terlebih dahulu, karena ada pepatah mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang. Perkenalkan nama penulis Anfasa Omar Ibra, Taruna Akademi Kepolisian Tk. III No.Ak.17.088. Pada kesempatan emas kali ini penulis akan mengulas atau bahasa zaman now-nya yaitu me-review tentang suatu video yang sedang viral atau ngetrend di dunia maya.

       Video yang penulis maksud yaitu "Jangan Panic Buying, Selalu Ada Nasi Telur Ceplok". Video ini sempat menjadi pembahasan membara ketika di bahas di kelas Filsafat Ilmu penulis ketika kuliah. Mengapa? Karena pada dasarnya tiap individu di dunia ini tidak ada yang identik, yang berarti tiap individu dapat dipastikan memiliki pandangan tersendiri terhadap segala hal. Begitu pula penulis kali ini mencoba untuk membagikan opininya terhadap khalayak ramai mengenai satu video pendek yang mungkin akan meluaskan horizon pemikiran.

     Akhir-akhir ini dunia dikejutkan dengan polemik munculnya Virus Corona atau dikenal juga dengan sebutan COVID-19. Jikat ditelusuri lebih dalam, virus ini bisa diklasifikasikan sangat mematikan, mengapa? Karena penyebarannya yang cepat dan memberikan impak yang signifikan yang bahkan dapat menyebabkan hilangnya nyawa suatu insan dengan mudahnya. 

       Ini adalah bukti yang konklusif bahwa penyakit ini bukan angin lewat semata. Diskotek tutup tempat-tempat ibadah pun sepi. Jika sudah demikian, teman penulis inisial MSF mengatakan "Ibaratnya jika surga dan neraka sudah sama-sama bersepakat akan suatu hal, sudah dapat dipastikan hal tersebut adalah hal yang serius"

       Untuk memutus rantai penyebaran virus tersebut di Indonesia, masyarakat Indonesia mengikuti himbauan presiden untuk "karantina mandiri" secara serentak. Tidak hanya sebagian pekerja mendapatkan hak istimewa untuk bekerja dari rumah, namun juga aktivitas belajar mengajar sekolah termasuk sivitas akademika diliburkan. .

        Imbasnya, masyarakat berbondong-bondong menyetok bahkan menimbun makanan dirumah (Panic Buying). Sampai yang dirasa tidak perlu pun ikut diangkut ke kediaman masing-masing. Fenomena ini dewasa ini telah berevolusi menjadi suatu budaya negatif bahkan mengguncan kestabilan spiritual dan fisikal. Saking banyaknya permintaan, barang-barang di lapangan banyak yang menjadi langka bahkan kosong.

       Dalam video tersebut tayangkan nikmatnya menyantap nasi panas +telor ceplok + kecap manis. Disampaikan juga bahkan kalau saking terbatasnya kebutuhan, kasarnya "Supaya ngga mati, kita cuma perlu makan ini" kata video tersebut. Yang artinya masyarakat tidak perlu menimbun persediaan hingga menganak-sungai atau berbukit-bukit.

       Disajikan pula dalam video tersebut kurva fluktuasi harga yang disebabkan jumlah yang terbatas akibat permintaan yang tidak bisa dibendung lagi untuk mereka yang betul-betul membutuhkan. Maksud dari diunggahnya video tersebut, agar orang-orang mengurungkan niat latah Panic Buying. Jadi materil yang kamu habiskan untuk mendapatkan barang-barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan sebenerarnya bisa dilimpahkan sebagai bantuan mereka yang sedang berjuang mengatasi akar permasalahan ini di garis depan, tepatnya tenaga medis.

       Tenaga medis juga manusia, dokter bukan Tuhan, mereka pun bisa ikut tertular ketika sedang menangani penyakit ini. Mari kita bantu mereka semampu kita. Penangan penyakit tersebut sudah dapat dipastikan dapat menelan biaya dengan digit yang tidak sedikit.

       Di akhir video tersebut terdapat quote dari Michelle Obama "You cannot be happy being the only one" yang berarti "Kamu ngga bisa bahagia, kalau cuma kamu satu-satunya yang bahagia". Jangan salah menginterpretasikan fenomena Panic Buying ini. Jangan pula bersilengah atau bahkan pura-pura tidak tahu. Hentikanlah sikap "latah"ini. Berevolusilah dari masyarakat konvensional yang hanya megikuti trend jadi masyarakat kritis yang berfikiran futuristik. Mari bernawaitu menjadi pelopor, menjadi pemrakarsa. Mari berubah, selamatkan sesama, selamatkan dunia.